Pilpres 2014 hanyalah sebuah fragmen kecil di alur sejarah bangsa Indonesia yang bermuatan ketidak-mengertian, keterlanjuran dan keberlebihan, yang merupakan peristiwa "tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa tidak mengerti". Namun harus diterima sebagai wujud nyata qodlo dan qodar ALLAH SWT pada tahap sejarah saat ini.
Pada masa kampanye Pilpres yang saya amati adalah bahwa masyarakat sangat mudah sekali menghujat sesamanya dan calon pemimpinnya, yang tidak faham sejarah menjadi bijak sejenak, yang tidak tahu berita tiba-tiba pandai bicara, yang pendiam lantang sekali menebar fitnah dan gampang sekali men-share atau broadcast berita-berita yang tidak tahu juntrungannya dan tidak mau mencari tahu kebenaran yang sejati.
Orang yang faham informasi adalah pembuat informasi, dia tahu sampai akar informasi dengan mata dan keilmuannya, bukanlah mereka yang membaca berita dari media-media tanpa memastikan kebenaran sumber informasi tersebut, orang yang demikian itu adalah korban informasi.
Tetapi kemampuan membaca kahanan, kemampuan meng-Iqro' ternyata sangat sulit di era kebebasan media seperti sekarang ini. Maka, mungkin kita harus ada cara lain dalam Pemilihan Presiden Indonesia kali ini, harus ada shortcut khusus yaitu campur tangan Tuhan, kita UNDANG peran TUHAN saat pencoblosan.
Dengan cara apa?
Berikut adalah anjuran Simbah EmHa Ainun Nadjib (Cak Nun)
1. Setiap pengambilan keputusan, termasuk hal Pemilu, ahsan wa afdhal jika dilakukan sendiri secara mandiri, sebagai al’abd al-baligh (hamba Allah yg dewasa) dan al-khalifah al’aqil (Khalifah Allah pengguna akal).
2. Akan memilih atau tidak, dianjurkan malam sebelum hari-H melakukan tafakur, shalat istikharoh dan shalat tahajjud, memohon petunjuk Allah dan mewiridkan berulang-ulang “Ya Hadi Ya Mubin” semampunya.
3. Khusus untuk Jamaah Maiyah, ahsan wa afdhal jika malam itu sebelum tidur melaksanakan Doa Tahlukah.
4. Jika pagi hari-H mengambil keputusan untuk tidak memilih (karena keyakinan atau pandangan yang dipercaya sudah matang) dianjurkan untuk shalat Dluha 7X (14 roka’at), membaca “Qul in dholaltu fainnama adhillu ‘ala nafsi, wa inihtadaitu fabima yuhiya ilayya Robbi” diakhiri istighfar sebanyak-banyaknya sesanggupnya.
5. Jika mengambil keputusan untuk memilih, dianjurkan untuk memilih pihak yang paling diharapkan (berdasarkan pengalaman dan sejarah calon pemilih terhadap yang diharapkannya itu), meskipun tidak dimengerti benar karena terbatasnya informasi tentang pihak yang diharapkan itu. Dengan anjuran: sejak dari rumah hingga saat-saat menunggu giliran memilih, maupun ketika akan melaksanakan pilihan di dalam ruangan — mewiridkan (berbisik-bisik atau dengan hati) “wamakaru wamakarallah wallahu khoirul Makirin”.
6. Setiap hamba Allah berhak penuh untuk menerima dan melaksanakan anjuran ini, juga berhak penuh untuk menolak dan mengabaikannya. Bagi teman-teman yang tidak mungkin menggunakan anjuran-anjuran ini karena berbeda idiom dan prosedur keagamaannya, mohon diapresiasi dimensi rohaniahnya.
7. “Man-yahdillahu fala mudhilla lah, wa man yudhlil fala hadiya lah”.
Wassalamualaikum wr wb,
Muhammad Ainun Nadjib
8 April 2014
Semoga dengan kita mengUNDANG TUHAN tersebut kita terselamatkan dari segala permainan kehidupan ini, sebab: HIDUP INI ADALAH SENDA GURAU (PERMAINAN) BELAKA, seperti yang saya fahami dalam :(QS. Al An’am 32),(QS. Al Ankabut 64),(QS. Muhammad 36),(QS. Al Hadid 20)
^_^
Just another free Blogger theme
0 comments:
Post a Comment